ARAH DAN TUJUAN

TULISAN INI SEBAGAI PADUAN PEMBELAJARAN DALAM DUNIA PERTANIAN. BOLEH DI COPY SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI RUMAH. WALAU SEMUA BUKAN HASIL TULISAN SAYA ALIAS MENGAMBAIL DARI BERBAGAI SUMBER, NAMUN DISINI TUJUAN UTAMA SAYA ADALAH BERBAGI. SAYA SANGAT PEDULI DENGAN DUNIA PERTANIAN, SEHINGGA SAYA BUAT BLOG KHUSUS MENGENAI PERTANIAN

Wednesday, 6 February 2013

ASPEK PENTING DALAM AGROEKOSISTEM



Agroekosistem
Aktivitas pertanian merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungan alam yang memberikan arti bagi ekologi pertanian.
Analisis agroekosistem merupakan hal baru yang dikembangkan untuk memperbaiki kapasitas kita dalam melihat persoalan-persoalan yang muncul dari penerapan berbagai teknologi di bidang pertanian. Khususnya persoalan yang muncul sejak Revolusi Hijau.
Menurut pengertian agroekosistem adalah sistem ekologi yang dimodifikasi manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama bahan makanan. Agroekosistem memiliki kaidah-kaidah ekologi umum yang memiliki khas tersendiri seperti yang terlihat pada ekosistem sawah dengan ekosistem lainnya.
Di dalam suatu tatanan agroekosistem, terdapat empat aspek penting yang dapat mendukung terciptanya keseimbangan agroekosistem, yaitu :
  1. Produktivitas (Productivity).
Measured either as yield or income per unit of input or resource i.e. yield/ha. Produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat produksi atau keluaran berupa barang atau jasa, misalnya produktivitas padi/ha/tahun. Hasil akhir panen atau pendapatan bersih, nilai produksi dibandingkan masukan sumber. Produktifitas selalu diukur dalam  pendapatan per hektar, atau total produksi barang dan jasa per rumah tangga atau negara. Produktifitas juga dapat  diukur dalam kilogram butiran, ikan atau daging, atau juga dapat dikonversikan dalam kalori, potein, vitamin atau unit-unit uang. Input sumberdaya dasar adalah tanah, tenaga kerja,dan modal.
Artinya, apabila produktifitas dari suatu agroekosistem itu tinggi maka hendaknya kebutuhan hidup bagi manusia akan terpenuhi, dan sepantasnya untuk diupayakan kondisi agroekosistem yang lestari. Namun, pada kenyataannya upaya konservasi terhadap agroekosistem itu jarang sekali dilakukan. Seharusnya disusun suatu model pendekatan agroekosistem yang  di desain untuk pencegahan dan pengendalian terjadinya kemerosotan kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan dan tetap mernpertahankan produktivitas pertanian. Karena, sejatinya  keterpaduan dua aspek tersebut merupakan konsepsi pembangunan pertanian berkelanjutan dan melembagakan aspek ekologi ke dalam kebijakan ekonomi.
  1. Stabilitas (Stability).
Measured as the constancy of the productivity. Stabilitas diartikan sebagai tingkat produksi yang dapat dipertahankan dalam kondisi konstan normal, meskipun kondisi lingkungan berubah. Suatu sistem dapat dikatakan memiliki kestabilan tinggi apabila hanya sedikit saja mengalami fluktuasi ketika sistem usaha tani tersebut mengalami gangguan. Sebaliknya, sistem itu dikatakan memiliki kestabilan rendah apabila fluktuasi yang dialami sistem usaha tani tersebut besar. Produktifitas menerus yang tidak terganggu oleh perubahan kecil dari lingkungan sekitarnya. Fluktuasi ini mungkin disebabkan karena perubahan iklim atau sumber air yang tersedia, atau kebutuhan pasar akan bahan makanan.
Stabil, artinya dalam hal ini tercipta kondisi yang konsisten terhadap suatu hasil produksi. Namun secara menyeluruh, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti variasi curah hujan, serangan hama periodik, fluktuasi harga, dll.
  1. Keberlanjutan (Sustainability).
The ability of an agroecosystem to maintain productivity in respond to environmental disturbance. Kemampuan  agroekosistem untuk memelihara produktifitas ketika ada gangguan besar. Gangguan utama ini berkisar dari gangguan biasa seperti salinasi tanah, sampai ke yang kurang biasa dan lebih besar seperti banjir, kekeringan atau terjadinya introduksi hama baru. Aspek keberlanjutan  sebenarnya mengacu pada bagaimana mempertahankan tingkat produksi tertentu dalam jangka panjang.
Apakah pada kondisi tertentu produktivitas dapat dipertahankan dari waktu ke waktu (artinya bisa sustain). Prinsipnya,  keberlanjutan melibatkan kemampuan manajemen pertanian untuk mempertahankan fungsi agroekosistem (termasuk produksi) , meskipun proses-proses ekologi alami yang cenderung mengubah agroekosistem menuju suatu titik degradasi. Seperti dengan stabilitas, keberlanjutan (sustainability) memiliki berbagai kebijakan yang terkait dengan tindakan berbagai produktivitas. Beberapa langkah keberlanjutan bisa tinggi sementara yang lain rendah untuk agroekosistem yang sama.
  1. Pemerataan (Equitability).
Expresses how evenly the products of an agroecosystem are distributed among its human beneficiaries >Prosperity. Aspek Ekuitabilitas digunakan untuk menggambarkan bagaimana hasil-hasil pertanian dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat. Contoh apabila suatu sistem usaha tani dapat dikatakan memiliki suatu ekuitabilitas atau pemerataan sosial yang tinggi apabila penduduknya memperoleh manfaat pendapatan, pangan, dan lain-lain yang cukup merata dari sumber daya yang ada. Indikatornya antara lain rata-rata keluarga petani memiliki akses lahan yang luasnya tidak terlalu berbeda atau senjang. Pemerataan biasanya diukur melalui distribusi keuntungan dan kerugian yang terkait dengan produksi barang dan jasa dari agroekosistem.

No comments:

Post a Comment