Oleh: Imas Aisyah, SP., M.Si (Widyaiswara PPPPTK Pertanian Cianjur).
Kelayuan pada tanaman terutama pada bagian daun, tunas atau tanaman secara keseluruhan, dapat disebabkan karena hilangnya turgor pada bagian-bagian tersebut. Hilangnya turgor tersebut dapat disebabkan karena adanya gangguan di dalam berkas pembuluh/pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air. Penyakit layu (wilt disease) pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik yaitu bakteri sehingga disebut layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) atau oleh jamur/cendawan yang disebut penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum). Selain karena penyakit biotik, kelayuan pada tanaman juga dapat disebabkan karena faktor abiotik (kekurangan air). Pengenalan gejala kelayuan pada tanaman dan ciri-ciri khususnya harus diketahui para petani, supaya dalam pengendaliannya menjadi lebih efektif dan efisien. Berikut adalah karakteristik/ciri-ciri gejala kelayuan pada tanaman, penyebabnya dan cara menanganinya.
1. Layu tanaman karena kekurangan air
Kalau sebelumnya tanaman kelihatan segar, tetapi pada siang atau sore hari, tanaman tersebut menjadi layu, Anda bisa menyiramkan satu atau tiga gayung air ke tanaman tersebut, kalau memang tanaman tersebut kekurangan air, maka setelah disiram dengan air tanaman tersebut biasanya akan segar kembali. Kelayuan seperti ini bukan karena faktor biotik (patogenik). Layu pada tanaman yang disebabkan oleh patogenik (jamur/bakteri), walaupun disiram dengan air yang banyak sekalipun, biasanya tanaman tersebut tetap layu dan tidak akan segar kembali.
2. Layu karena bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu bakteri atau penyakit lender pada tanaman. Karakteristik bakteri ini adalah:
- Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel
- Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang biak pada keadaan tanah yang lembab,
- Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena pemindahan bibit, ketika pembumbunan, luka karena gigitan serangga, luka karena tusukan nematoda, dan ternyata bakteri ini juga dapat menginfeksi tanaman melalui luka-luka pada daun.
- Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung dan lebih dari 140 jenis tanaman terutama yang termasuk dalam keluarga Solanaceae.
- Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa hari tanaman akan mati.
- f. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat menyebabkan perubahan warna pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang dipotong (melintang) atau dibelah. Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau ditandai dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluhnya biasanya menjadi berwarna coklat dan perubahan warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke empulur. dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
- Umumnya pertama kali gejala terlihat pada tanaman yang berumur kurang lebih 6 minggu. Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya dimulai dari daun-daun muda (ujung). Terkadang kelayuan tidak terjadi dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian yang layu daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman menjadi mati.
- Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut dimasukkan ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan bakteri.
Cara menangani penyakit layu karena bakteri ini antara lain:
- Penggunaan bibit yang sehat. Bibit yang sakit tidak boleh digunakan, karena penggunaan bibit yang sakit dapat meningkatkan kematian tanaman lebih dari 30%
- Desinfeksi air siraman. Bakteri ini dapat terbawa oleh air siraman, sehingga sebaiknya air siraman yang digunakan didesinfeksi dengan Kalium permanga-nat lebih kurang 50 gram per 1 m3 air
- Pergiliran tanaman. Mengusahakan agar selama tidak ditanami, lahan tidak ditumbuhi oleh tanaman yang rentan penyakit ini. Penggunaan tanaman yang tidak rentan seperti Mimosa invisa cukup efektif dalam menangani penyakit ini, karena penanaman Mimosa invisa dalam jangka waktu tertentu (selama 1 tahun sebelum tanaman pokok), dapat memak-sa bakteri hidup pada di luar tanaman inang, sehingga bakteri akan mati atau menjadi lemah. Selain itu Mimosa invisa ini dapat memperbaiki struktur tanah dan menjadi sumber nitrogen.
- Penggarapan tanah. Dengan mengadakan penggarapan tanah yang baik, tepat dan intensif
- Pemupukan. Percobaan-percobaan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemupukan dengan superfosfat tunggal (enkelsuperfosfat, ESP) dapat mengurangi penyakit layu ini. Diduga karena kandungan kalsiumfosfat yang tinggi dalam pupuk tersebut.
- Sterilisasi tanah pembibitan. Tanah pembibitan dapat disterilisasi dengan cara dipanaskan dengan uap panas dari ketel-ketel yang dipanaskan. Uap panas dapat dimasukkan ke dalam tanah melalui susunan pipa seperti garpu, dengan uap panas ini, suhu tanah dapat mencapai 950C, sehingga tanah dapat terbebas dariPseudomonas solanacearum selama 3-4 tahun, namun sterilisasi ini mempunyai efek samping yang kurang baik dan juga biayanya sangat mahal sehingg hasilnya tidak selalu memuaskan, sejak tahun 1970-an sterilisasi tanah pembibitan ini tidak dilaksanakan lagi.
3. Layu karena jamur/fungi
Fusarium oxysporum merupakan salah satu jenis jamur/fungi yang dapat menyebabkan layu pada tanaman.
Karakteristik jamur ini adalah:
- Fusarium oxysporum menghasilkan spora untuk berkembangbiak. Sporanya ada dua macam, yaitu mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidianya bersel satu, tidak berwarna, bentuk lonjong atau bulat telur. Makrokonidianya berbentuk bulat sabit, tidak berwarna, bersekat dua atau tiga. Biasanya di bagian pangkal batang bawah akan terlihat miselium jamur berwarna putih, dan jika Anda kerik sedikit, kemudian Anda amati dibawah mikroskop, terlihat mikrokonidia atau makrokonidianya seperti gambar di bawah ini.
- Tanaman yang biasa diserang adalah tomat, cabai, ketimun dan lain-lain
- Cendawan biasanya menyerang bagian akar dan batang tanaman, mengakibatkan rusaknya terhambatnya pembuluh kayu, hal ini akan mengganggu pengangkutan air sehingga mengakibatkan kelayuan secara keseluruhan pada tanaman.
- Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh jamur ini dapat mengganggu fermeabilitas membran plasma sel tanaman dan merusak dinding sel pembuluh kayu akibatnya fungsi pembuluh kayu menjadi terganggu.
- Cendawan ini merupakan patogen tanah (soil inhabitant), dan dapat bertahan hidup dalam tanah lebih dari 10 tahun tanpa tanaman inang, dalam bentuk klamidospora. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini
- Cendawan masuk ke dalam jaringan akar atau batang melalui luka-luka karena pemindahan bibit, karena pembumbunan atau luka karena serangga atau nematoda, selain itu juga dapat masuk melalui ujung akar. Jamur berkembang sebentar dalam jaringan parenkim, lalu menetap dan berkembang dalam berkas pembuluh.
- Cendawan dapat disebarkan oleh percikan-percikan air hujan, air irigasi yang membawa tanah terinfeksi dan benih terinfeksi
Cara menanganinya antara lain:
- Penanaman varietas tahan. Contohnya untuk tanaman tomat, bisa menggunakan viarietas tomat yang tahan layu fusarium yaitu Ohio MR 9 dan Walter
- Pemakaian fungisida. Menurut hasil percobaan pencelupan akar ke dalam Benomil 1000 ppm memberikan hasil yang baik, asal fungisida tersebut diberikan sebelum terjadi infeksi.
- Mencegah infeksi tanah. Karena tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan dari Fusarium, usaha higieni sangat penting. Alat pertanian yang habis dipakai di lahan yang terinfeksi dapat didesinfeksi dengan formalin 5%. Diusahakan agar tidak menanam bibit (beserta tanah) dari persemaian yang terinfeksi. Selain itu tidak menanam benih (biji) yang diambil dari buah yang sakit.
- Perlakuan tanah. Untuk membebaskan tanaj dari Fusarium dapat dilakukan perlakuan tanah (soil treatment), misalnya dengan uap panas atau fumigasi dengan metilbromida, kloropikrin, atau metamnatrium (metham-sodium).
- Mengendalikan populasi nematoda. Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dapat membantu infeksi bahkan dapat mengurangi ketahanan varietas tahan, sehingga populasinya di tanah perlu dikendalikan. Selain itu nematoda Xiphinema sp, Longidorus sp merupakan nematoda ektoparasit yang hidup di dalam tanah dan hanya mengisap cairan tanaman dengan stiletnya yang dimasukkan ke dalam akar, akar yang terluka karena tusukan stilet nematode ini dapat menjadi jalan masuknya Fusarium ke dalam akar.
Daftar Pustaka
Agrios, G. N. (1988), Plant pathology, 3nd Ed, Academic Press, New York, 215, 245, 256-258.
Pracaya, 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Semangun, H. (1989), Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Semangun, H. (1996), Pengantar ilmu penyakit tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
Sinaga, M. S. (2003), Dasar-dasar ilmu penyakit tumbuhan. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Tarr, S. A. J. (1972), The principles of plant pathology. The Mac Millan Press Ltd, London.
No comments:
Post a Comment