HAMA CABAI
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu,
berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Meletakkan
telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutp dengan
bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur akan
menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian
menyebar. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat
bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada
sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah
permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara
30 - 61 hari. Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura
adalah larva (ulat). Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat
besar. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk
menyerang tanaman cabai. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari,
karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari
bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah.
Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai
dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan
hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan;
sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah
cabai menurun. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat
dilakukan dengan cara :
- Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh.
- Kultur teknis, yaitu
menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi
tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman.
- Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac, Bactospeine, dan Thuricide.
- Sex pheromone, yaitu
perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan aroma yang
dikeluarkan serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan
sexual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghampiri dan
melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex pheromone dari
Taiwan yang di Indonesia diberi nama "Ugratas" atau Ulat Grayak Berantas
Tuntas berwarna "merah" sangat efektif untuk dijadikan perangkap
kupu-kupu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara pemasangan Ugratas
merah ini adalah dimasukkan ke dalan botol bekas aqua volume 500 cc yang
diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-kupu jantan. Untuk 1
hektar kebun cabai cukup dipasang 5-10 buah Ugratas merah, dengan cara
digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabai. Daya tahan
(efektivitas) Ugratas ini + 3 minggu, dan tiap malam bekerja
efektif sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan penggunaan Ugratas
ini antara lain : aman bagi manusia dan ternak, tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan, dapat menekan penggunaan insektisida, tidak
menimbulkan kekebalan hama, dan dapat memperlambat perkem-bangan hama
tersebut.
- Kimiawi, yaitu disemprot insektisida seperti Hostathion 40 EC 2 cc/lt atau Orthene 75 SP 1 gr/lt.
Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di
seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih
dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabai. Kutu daun
berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa
perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa
pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10
hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan daun,
pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat
menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan
(klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
Kehadiran kutu daun di kebun cabai, tidak hanya
menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai penular (penyebar) berbagai
penyakit virus. Di samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan manis
(madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan
ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses
fotosintesis. Serangan kutu daun menghebat pada musim kemarau.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
- Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai, misalnya jagung.
- Kimiawi, yaitu dengan
semprotan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25
EC pada konsentrasi 0,1 - 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%, Hostathion
40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.
Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna
coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut
akan menetas, kemudian merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan
menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah
cabai yang terserang akan dihuni larva yang pandai meloncat-loncat.
Akibatnya semua bagian buah cabai rusak, busuk, dan berguguran (rontok).
Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium
pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
- Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah.
- Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang terserang, kemudian dimusnahkan.
- Kimiawi, yaitu dengan
pemasangan perangkap beracun "metil eugenol" atau protein hydrolisat
yang efektif terhadap serangga jantan maupun betina. Dapat pula
disemprot langsung dengan insektisida seperti Buldok, Lannate ataupun
Tamaron.
Thrips (Thrips sp.)
Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci
yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak tanpa
pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung
selama 7 - 12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau
dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna
keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun
(kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor)
penyakit virus.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
- Kultur teknis, yaitu dengan
pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap dengan
selisih waktu cukup lama karena tanaman muda akan terserang parah.
- Kimiawi, yaitu dengan
disemprot insektisida Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40
EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25 EC 0,5-2,0 cc/lt, atau juga Decis 2,5 EC
(0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%) maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%).
Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya +
1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup
tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabai dengan
cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya
dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang
berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabai tumbuh tidak
normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan
dengan cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau
Mitac 200 EC (0,2%).
PENYAKIT CABAI
Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang,
diantaranya adalah tomat, kentang, kacang tanah dan cabai. Penyebaran
penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang
sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat
pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran
rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya
menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu
menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang
diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi
air bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar
cairan berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna
coklat berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara
visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian
pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan
akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang
tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah
tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu :
- Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam
dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt
selama 5-15 menit.
- Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
- Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
- Penggunaan bakterisida Agrimycin
atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang
tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P.
solanacearum.
- Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan
bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang
ber pH rendah (masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah
terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian
diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih
lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali
sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk
membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong
pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi
air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit,
kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang
keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari
berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
- Perlakuan benih atau bibit dengan cara
direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun
Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
- Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
- Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
- Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
- Penyiraman larutan fungisida
sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang
tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.
Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).
Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit
Antraknose atau "patek". Penyakit ini menjadi masalah utama di musim
hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici.
Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati
ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya
bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna
kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang yang bagian
tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan
buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai dengan terbentuknya
bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi busuk-lunak.
Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan
kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah
cabai mengkerut dan mengering menyerupai "mummi" dengan warna buah
seperti jerami.
Pengandalian dapat dilakukan dengan cara :
- Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan
fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada
dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1
gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
- Pengaturan jarak tanam yang sesuai
sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat
menggunakan jarak tanam 50 x 70 cm, sedangkan di musim hujan 60 x 70 cm
ataupun 65 x 70 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
- Pembersihan (sanitasi) lingkungan
yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di
sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
- Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
- Penyemprotan dengan fungisida
seperti Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane M-45,
Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut
efektif menekan Antraknosa.
- Rotasi tanaman, yakni pergiliran
tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau).
Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan
penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan
Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan
bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas
dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna
pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang
berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun
langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan
disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara
berselang-seling.
Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan.
Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya
bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran
konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu.
Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah,
dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian
penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan
kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score,
secara berselang-seling.
Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah
cabai. Gejala serangan nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di
bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabai
juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan
warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang menunjukkan
gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu
panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena
membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara
pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70
cm, mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot
fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara
berselang-seling.
Virus
Penyakit virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).
Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun
mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV.
Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti
kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang terserang virus seringkali
mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara :
- Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
- Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan.
- Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.
Penyakit Fisiologis
Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit
atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa
contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai yang paling sering
ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya
buah cabai akibat sengatan sinar matahari, terutama pada cabai Paprika.
Tanaman cabai yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada
buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah
coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai
ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna
lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah
rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca
dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti
pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman
cabai atau paprika sedang produktif berbuah tetapi baru diketahui
kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak
mengandung unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai paprika tidak tahan
terhadap sinar matahari, sehingga bila mengenai permukaan buah akan
menyebabkan terbakarnya kulit dan bagian dalam buah. Gejala yang nampak
di bagian luar adalah warna kulit buah berubah menjadi keputih-putihan
hingga kecoklatan dan mengkerut. Meskipun tidak menjadi busuk basah,
tetapi warna buah menjadi jelek dan kualitasnya menurun (rendah).
Pengendalian terhadap sengatan sinar matahari adalah melindungi tanaman
dengan sungkup beratapkan plastik transparan (bening). Menurut
penelitian, fungsi naungan plastik bening selain dapat mengurangi
(mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat mengurangi tingginya
temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat meningkatkan kelembaban
relatif tanah di sekitar pertanaman paprika. Di samping itu, pengaruh
naungan plastik bening dapat meningkatkan hasil (bobot) buah total.